Sehidup, Semati (Part 2)

Oke, air mataku sudah mulai menetes mwehehe.

Bapak dan aku juga paman lainnya yang tinggal di rantauan tidak bisa membujuk Kakek dan Nenek untuk tidak tinggal di kampung. Mereka selalu bilang, ini rumah mereka, apapun yang terjadi dengan Kakek dan Nenek, ikhlaskan saja. 

Lanjut. 

Aku berkunjung malam itu dan mendengar sebuah permintaan dari Nenek yang terbaring di tempat tidurnya sembari menoleh ke arahku.

"Kamu tahu, dimana tempat beli baju hangat? Kalau tahu, beliin ya buat Nenek, nanti mau Nenek pakai kalau musim hujan tiba, malam hari pasti dingin", pintanya.

Tentu mendengar permintaan itu, aku sangat senang dan langsung mengiyakan, padahal aku juga tidak tahu harus beli dimana, tapi itu urusan nanti. Karena ini pertama kalinya setelah aku bekerja, Nenek meminta sesuatu.

"Mau baju hangat seperti apa? Nanti aku beliin baju rajutan ya? Kan hangat tuh. Nanti aku beliin. Couple'an sama Kakek ya", jawabku.

Love to the moon
Mendengar jawabanku, Kakek dan Nenek pun menyetujuinya. Tak lama berselang, Nenek mulai mengantuk. Aku masih duduk, menunggu hingga beliau terlelap dan mengamati dirinya dalam diam. Dalam benakku, aku berharap agar beliau masih diberi waktu yang panjang untuk menemani aku disini, tapi aku juga tidak tega harus melihat badannya yang dulu berisi semakin kurus setiap harinya. Aku diam-diam mendokan beliau agar diberikan jalan yang terbaik menurut Tuhan dan semesta.

Ketika Nenek terlelap di balik selimutnya, aku pun pamit balik ke rumah sama Kakek karena sudah larut malam. Kakek masih menonton TV, belum mengantuk katanya.

Beberapa hari setelah mendengar permintaan Nenek, aku pun membelikan 2 buah baju rajut untuk Nenek dan 1 untuk Kakek. Warna dan motif mirip-miriplah. Memangnya anak muda saja yang bisa pakai baju pasangan? Kakek dan Nenekku juga dong, hahaha.

Nenek senang waktu aku memintanya untuk coba mengenakan baju itu, Kakek pun tak kalah sumringahnya. Ekspresi mereka saat itu, masih terpatri jelas dalam ingatan hingga hari ini.

Beberapa minggu berlalu, tidak lama dari hari itu, kondisi Nenek menurun. Tidak mau makan, sudah mulai linglung, mengeluh kesakitan, dan lainnya. Hingga Bapak sudah tidak tahan lagi melihat kondisi beliau yang lemah dan lemas seperti itu.
Bapak pun berusaha membujuk untuk yang terakhir kali agar Nenek mau ikut ke Rumah Sakit. Akhirnya, tanpa perdebatan panjang, Nenek pun mengatakan "Iya, tolong bawa saya ke Rumah Sakit", pintanya.

Mendengar jawaban itu, Bapak dan Kakak sepupuku tidak menunggu lama lagi, langsung saja membopong Nenek, bawa ke mobil, lalu pergi ke Rumah Sakit.
Kesedihan tak berujungku pun dimulai dari sini.

To be continue ~


S.y./12042022

Komentar