Dua puluh empat nol enam, rindu yang tak terbendung akhirnya terobati.
Aku datang kembali, mengisi daya untuk batinku yang meronta-ronta karena kenangan yang terus membayangiku. Sebelum memulai Senin ku lagi, aku pergi menepati janji kepada diri sendiri.
Aku berjanji bahwa kemana pun aku ingin pergi, sebisaku, aku akan pergi ke tempat itu. Membuat diri sendiri senang dan tenang disela-sela rutinitas yang kusut itu. Pergi menjauh dari keramaian dan kebisingan adalah hal yang istimewa untukku. Aku menepi dan berhenti di pinggiran danau itu sembari menyaksikan indahnya langit sore yang dipenuhi biasan warna orange. Langit sore dihiasi awan, hawa yang sejuk, ramai dengan cuitan burung yang lalu lalang beterbangan dengan lincahnya.
![]() |
Danau Tamblingan |
Hari semakin gelap, tenda sudah siap dan aku pun mulai mengumpulkan kayu bakar. Mulai menyiapkan makan malam dan menghangatkan badan dengan api unggun. Kenangan yang ku punya tentangmu pun mulai berkecamuk dalam ingatan, tanpa sadar aku merasa sungguh senang. Meski aku tak dapat melihatmu secara langsung dan hanya bisa melihatmu dalam ingatan, tapi aku merasa kamu ada. Aku mengingat saat dimana kamu menyuruhku untuk duduk diam menunggu dan kamu sibuk membuatkan api unggun kala itu. Kamu bilang serahkan tugas itu ke kamu saja. Aku tertawa karena baru kala itu aku benar-benar pergi berkemah tapi tidak sibuk menyiapkan segala sesuatunya. Kamu memperlakukan aku seperti seorang wanita. Wanita yang tak seharusnya melakukan semuanya sendirian. Kamu tahu? Aku baru menyadari betapa baiknya kamu memperlakukan aku. Tanpa sadar air mataku menangis saat menulis ini haha lemah.
Aku menyadari bahwa saat bersamamu, aku hanya wanita biasa yang punya banyak kelemahan. Kamu memperlakukan aku seperti itu sehingga aku pun tak pernah bisa berbohong di depanmu. Maaf karena aku baru menyadarinya kini. Tapi, jika kamu membaca tulisan ini, aku ingin memberitahumu bahwa aku masih belajar untuk selalu jujur ke diriku sendiri. Aku belajar dari semua hal yang kamu berikan untukku. Meski kamu tak ada disampingku lagi, tapi sosokmu selalu menemaniku.
Malam semakin larut, aku mulai masuk ke dalam tenda. Menghangatkan diri di dalam sleeping bag. Sembari mengingat hal-hal konyol yang sering kita lakukan tapi itu menyenangkan. Ingatan yang muncul adalah ketika kita pulang kerja, lalu aku bilang kayaknya asik kalau kita jalan kaki kayak mereka (wisatawan asing). Lalu kamu parkir motor di mini market dan kita jalan di trotoar malam itu. Hanya berjalan kaki, sambil ketawa-ketawa.
Atau ingatan lainnya, saat pulang kerja kita pergi ke pantai dan mengobrol sembari makan pizza juga minum bir bersama. Melepaskan penat karena banyaknya pekerjaan kala itu. Saling menertawakan beban masing-masing.
Masih ada begitu banyak hal yang yang ku ingat. Sederhana, tapi itu menyenangkan. Sama seperti kamu. Sederhana tapi melekat erat dalam diriku.
Kini, aku hanya bisa berdoa bahwa kamu benar-benar bahagia dengan semua rutinitas dan keluargamu. Aku selalu berdoa agar semuanya berjalan baik untukmu. Kadang aku kesal pada semesta. Kamu tahu kenapa? Karena pulau yang kita tinggali ini kecil tapi dalam setahun, aku sama sekali tidak pernah melihatmu. Aku hanya bisa melihatmu via mimpi. Menyiksa tapi juga membahagiakanku.
Kamu adalah hadiah terindahku yang sangat dekat tapi seperti mustahil untuk ku jangkau kembali. Karena kamu sangat indah dan berarti.
Komentar
Posting Komentar